LITIUM
L
|
Litium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Li dan nomor
atom 3. Unsur ini termasuk dalam logam alkali dengan warna
putih perak. Dalam keadaan standar, litium adalah logam paling ringan
sekaligus unsur dengan densitas (massa jenis) paling kecil. Seperti logam-logam
alkali lainnya, litium sangat reaktif dan terkorosi dengan
cepat dan menjadi hitam di udara yang lembap. Oleh
karena itu, logam litium biasanya disimpan dalam wadah yang diisi minyak anhidrat.
Menurut
teorinya, litium
adalah salah
satu dari sedikit unsur yang disintesis dalam kejadian Dentuman
Besar walaupun kelimpahannya sudah jauh berkurang. Sebab-sebab
menghilangnya litium dan proses pembentukan litium yang baru menjadi topik
penting dalam astronomi.
Litium adalah unsur ke-33 paling melimpah di bumi. Namun oleh karena reaktivitasnya yang sangat
tinggi membuat unsur ini hanya bisa ditemukan di alam dalam keadaan bersenyawa
dengan unsur lain. Litium ditemukan di beberapa mineral
pegmatit, namun juga bisa didapatkan dari air asin
dan lempung. Pada skala
komersial, logam litium didapatkan dengan elektrolisis dari campuran litium klorida dan kalium klorida.
Litium memiliki
satu elektron
valensi yang mudah menjadi sebuah kation. Oleh karena itu litium mempunyai kemampuan mengalirkan
listrik dan panas dengan baik serta sebagai unsur yang sangat reaktif, walaupun
logam alkali yang lain lebih reaktif lagi. Kereaktifan litium yang rendah
dibandingkan logam alkali lain adalah karena jarak elektron valensi yang dekat
dengan inti.
Logam litium
cukup lunak untuk dipotong dengan pisau. Ketika dipotong, ia memiliki warna putih keperakan yang
dengan cepat berubah menjadi abu-abu karena oksidasi. Sembari merupakan salah
satu logam dengan titik lebur
terendah di antara semua unsur logam (180 °C), ia memiliki titik
lebur dan didih yang paling tinggi dari golongan logam alkali .
Litium adalah
logam yang paling ringan di tabel periodik, begitu ringannya sehingga ia dapat
mengambang dalam air atau bahkan minyak, di samping natrium
dan kalium
yang juga dapat mengambang di dalam air atau minyak. Ia mempunyai massa jenis
yang sangat rendah, kira-kira 0.534 g/cm3, ia mengambang di air,
tapi juga bereaksi dengannya.
Hampir semua
alat elektronik yang menggunakan tenaga listrik dari baterai menggunakan
lithium-ion baterai karena kelebihan yang dimilikinya. Kelebihannya yang
memiliki daya dan energi yang besar dibandingkan Ni-Cd dan Zinc-Mn baterai
menjadikan baterai ini banyak diaplikasikan pada hampir semua jenis alat
elektronik yang membutuhkan energi listrik. Sifatnya yang rechargeable
juga merupakan salah satu kelebihan yang dapat digunakan untuk penyimpan energi
listrik untuk pembangkit listrik tenaga angin dan solar cell.
Lithium-ion
baterai pertama kali ditemukan oleh M.S. Whittingham pada tahun 1970 yang
menggunakan titanium(II)sulfide sebagai katoda dan lithium metal
sebagai anoda. Dengan penelitian yang intensif selama lebih dari 20 tahun,
akhirnya pada tahun 1991 Sony memproduksi secara komersial lithium-ion baterai
pertama kalinya. Sejak produksi komersial tahun 1991, produksi Lithium-ion
baterai mengalami kenaikan yang sangat pesat karena telah membuat revolusi
didunia elektronik. Kenaikan produksi lithium-ion baterai pada tahun 2007
mencapai 22.4% di Jepang. Saat ini negara Jepang merupakan produsen baterai
terbesar yang dimiliki oleh Sony, Panasonic, dan Toshiba. Lithium-ion baterai juga
merupakan pemimpin produk beterai yang menguasai 46% atau sekitar 4 milliar US
dollar pangsa pasar pada tahun 2007.
Sejak
diproduksi tahun 1991, lithium-ion baterai tidak mengalami perubahan signifikan
pada sifat kerja baterai ini. Ada 3 elemen yang berperan dalam proses discharge
dan recharge yaitu: elektroda positif yang mengandung LiCoO2,
elektroda negatif yang terbuat dari karbon grafit (C6), dan
separator yang terbuat dari lapisan tipis plastik yang dapat dilalui oleh
ion-ion. Pada proses discharge atau saat kita memakai baterai, Li+
ion bergerak dari negatif ke positif melalui separator, sehingga elektron
bergerak dengan arah yang sama. Aliran elektron inilah yang menghasilkan energi
listrik.
Li1-xCoO2
+ xLi+ + xe_ ↔ LiCoO2
LiC6 ↔
xLi+ + xe_ + 6C
Sifat logam
lithium yang sangat reaktif membuat aliran ion lithium ini bereaksi spontan
karena sifat logam lithium yang sangat oksidatif.
Kelebihan sifat
logam lithium yang memberikan energi yang besar pada baterai disebabkan oleh
daya oksidatif yang tinggi dan massa atom relatif yang kecil sehingga dengan
berat yang lebih ringan, baterai ini dapat menghasilkan energi yang besar.
Sebagai perbandingan, baterai Ni/Cd hanya memiliki energi sekitar 50 Watt.hour
(Wh) dengan daya maksimum 1.2V sedangkan lithium-ion baterai memiliki sekitar
150 Wh dengan daya 3.7V untuk tiap 1 Kg-nya. Bahkan dari segi volume, tiap 1 dm3
lithium-ion baterai memiliki 500 Wh energi sedangkan Ni/Cd hanya sekitar 150
Wh. Dengan kelebihan ini, alat elektronik menjadi semakin ringan dan kecil.
Namun, sifat
reaktif lithium ini juga merupakan kendala dari pembuatan lithium-ion baterai.
Kendala utama yang mempersulit bahkan merugikan produsen baterai dan konsumen
adalah faktor keamanan. Dalam pembuatan lithium-ion baterai, tahap akhir sebelum
dipasarkan adalah awal pengisian baterai sekitar 40% dari kapasitas. Tahap awal
charging baterai merupakan tahap yang sangat rentan kebakaran. Salah satu
peristiwa yang terjadi adalah di Jepang pada tahun 2007 dimana pabrik baterai
Panasonic terbakar saat tahap pengisian baterai. Pada tahun 2006 dan 2008, Sony
menarik lebih dari 10 juta baterai untuk PC-nya karena adanya kendala keamanan.
Di tahap konsumen juga kadang terjadi insiden akibat lithium-ion baterai. Pada
Juni 2006 di Ohsaka, salah satu notebook peserta konferensi tiba-tiba terbakar
yang mengakibatkan kebakaran. Hal ini ternyata disebabkan oleh kontaminasi
bubuk logam pada baterai.
Dari penelitian
yang telah banyak dilakukan oleh produsen baterai, penyebab terjadinya api pada
baterai ion lithium adalah kontak lithium dengan logam lain, overcharge, dan
pemanasan. Sedikit saja lithium ini kontak dengan serbuk logam akan menyebabkan
api, sehingga jangan pernah menusuk baterai dengan paku atau benda lain.
Pemakaian charger yang tidak sesuai dimana mengisi baterai dengan tegangan
diatas yang seharusnya dalam jangka waktu lama dapat menyebakan kebakaran. Dan
pemanasan diatas 60 derajat juga dapat membahayakan pengguna. Namun, saat ini
baterai telah dilengkapi dengan termometer dan polimer separator yang dapat
mencegah bahaya oleh temperatur tinggi.
Salah satu
kendala yang lain dari lithium-ion baterai ini selain keamanan adalah sumber
lithium itu sendiri. Saat ini lithium terbanyak dimiliki oleh negara Chili yang
menyimpan cadangan lithium sekitar 3 juta ton atau sekitar 73.2% cadangan
dunia. Sedangkan di negara-negara lain adalah sisanya atau sekitar 26.8% yang
setengahnya dimiliki oleh China. Sehingga, negara-negara produsen lithium-ion
baterai sangat tergantung dari kondisi politik negara Chili.
Dengan
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh lithium-ion baterai, sampai saat
ini baterai ini tetap menjanjikan untuk energi listrik yang bebas polusi.
Dengan kombinasi sumber energi listrik dari tenaga matahari dan angin, masa
depan lithium-ion baterai yang akan digunakan tiap rumah dan kendaraan sebagai
penyimpan energi listrik sangat berperan untuk mengurangi penggunaan listrik
yang bersumber dari bahan fosil.
Memperlihatkan perbandingan 3 jenis
baterai yang menjadi perhatian saat ini. Yaitu, fuel cells, baterai nikel-metal
hydride dan baterai litium-ion. Terlihat pada table, ketiga jenis baterai ini
sama-sama memanfaatkan reaksi redoks (reduksi dan oksidasi) pada kedua
elektroda untuk menghasilkan listrik.
Fuel cells memanfaatkan reaksi antara
hydrogen dan oksigen untuk menghasilkan listrik. Voltase yang dihasilkan,
secara teoritis 1.23 V, namun pada kenyataannya hanya menghasilkan dibawah 1.0
V. Sedangkan baterai nikel-metal hydride, menggunakan material penyimpan
hydrogen sebagai anoda, dan nikel hidroksida sebagai katoda. Baterai ini mampu
menghasilkan 1.32 V.
Tabel 1. Reaksi utama yang terjadi pada beberapa baterai (Chemistry Today
2009, 463, pg 20)
a) Fuel cells
|
|||
Katoda
|
H2O
|
↔
|
2H+ +1/2O2 + 2e-
|
Anoda
|
2H+ + 2e-
|
↔
|
H2
|
Reaksi keseluruhan
|
H2O
|
↔
|
H2 +1/2O2
|
Elektroda : C/Pt , voltase : (teori 1.23 V,
kenyataannya ~1.0 V)
|
|||
b) Baterai Nickel-Metal hydride
|
|||
Katoda
|
NiII(OH)2 + OH-
|
↔
|
NiIIIOOH + H2O + e-
|
Anoda
|
M + H2O + e-
|
↔
|
MH + OH-
|
Reaksi keseluruhan
|
NiII(OH)2 + M
|
↔
|
NiIIIOOH + MH
|
Larutan elektrolit : KOH, voltase : 1.32V
|
|||
c) Baterai Litium-ion
|
|||
Katoda
|
LiCOIIIO2
|
↔
|
CoIVO2 + Li+ + e-
|
Anoda
|
Li+ +e-
|
↔
|
Li
|
Reaksi keseluruhan
|
LiCOIIIO2
|
↔
|
Li + CoO2
|
Larutan elektrolit : LiPF6 (larutan
karbonat), voltase : 3.70V
|
Diantara ketiga jenis baterai ini,
baterai litium-ion lah yang menghasilkan voltase tertinggi, 2 kali lipat dari
yang dihasilkan baterai nickel-metal hydride. Baterai litium menggunakan
komposit berstruktur layer, Litium Cobalt Oxide (LiCoO2), sebagai
katoda, dan material karbon (dimana litium disisipkan diantara lapisan karbon)
sebagai anoda.
Susunan struktur dari baterai
litium-ion bisa dilihat di gambar 1. Baterai litium ion sendiri terdiri atas
anoda, separator, elektrolit, dan katoda. Pada katoda dan anoda umumnya terdiri
atas 2 bagian, yaitu bagian material aktif (tempat masuk-keluarnya ion litium)
dan bagian pengumpul elektron (collector current).
Proses penghasilan listrik pada
baterai litium-ion sebagai berikut: Jika anoda dan katoda dihubungkan, maka
elektron mengalir dari anoda menuju katoda, bersamaan dengan itu listrik pun
mengalir. Pada bagian dalam baterai, terjadi proses pelepasan ion litium pada
anoda, untuk kemudian ion tersebut berpindah menuju katoda melalui elektrolit.
Dan di katoda, bilangan oksidasi kobalt berubah dari 4 menjadi 3, karena
masuknya elektron dan ion litium dari anoda. Sedangkan proses
recharging/pengisian ulang, berkebalikan dengan proses ini.
Dari berbagai banyak jenis logam,
kenapa litium yang sangat menjanjikan untuk anoda? Litium memiliki nilai potensial
standar paling negatif (-3.0 V), paling ringan (berat atom:6.94 g), sehingga
bila dipakai untuk anoda dapat menghasilkan kapasitas energi yang tinggi.
Gambar 1. Struktur Baterai Litium-ion (Chemistry Today
2009, 463, pg 21, dengan perubahan)
Berikut ini cara menghitung nilai
teori dari kepadatan energi yang dihasilkan oleh baterai litium ion. Jika
menggunakan logam litium pada anoda, maka dari 1 kg logam litium dapat
menghasil kapasitas energi per 1 kg massa sebesar (Coulumb/second = Ampere) :
Bila dikalikan dengan potensial
standar litium (3 V), menjadi 11583 W h/kg (W=Watt, h=hours). Sedangkan bila
menggunakan senyawa karbon sebagai anoda, dan dianggap satu unit grafit ( 6
atom karbon) mampu menampung 1 atom litium, maka setiap 1 kg anoda secara teori
memiliki kepadatan energi 339 A h/kg.
Sama halnya dengan anoda, kapasitas
energi pada katoda bisa dihitung dengan cara yang sama. Untuk LiCoO2,
secara teori memiliki kepadatan energy 137 Ah/kg. Dengan mengetahui berat
molekul dari material elektroda (disebut juga material aktif) dan setiap
molekulnya berapa banyak elektron yang keluar masuk, nilai teori dari kepadatan
energi dapat dihitung.
0 komentar:
Posting Komentar